Pertumbuhan populasi dunia membuat kebutuhan pangan semakin tinggi. Solusi inovatif muncul lewat pertanian vertikal berbasis AI, yang memungkinkan produksi makanan di tengah kota padat.
Pertanian vertikal menggunakan gedung bertingkat atau ruang tertutup dengan sistem hidroponik dan pencahayaan buatan. AI digunakan untuk mengatur suhu, kelembapan, dan nutrisi tanaman secara otomatis agar hasil panen maksimal.
Keunggulannya jelas: hemat lahan, hemat air, dan hasil panen lebih cepat dibanding pertanian tradisional. Sistem ini juga bisa berproduksi sepanjang tahun tanpa tergantung musim.
Kota besar seperti Singapura, Tokyo, dan New York sudah mulai mengadopsi teknologi ini. Beberapa supermarket bahkan memiliki mini farm di dalam gedung untuk menyediakan sayuran segar langsung ke konsumen.
Namun, biaya investasi awal cukup tinggi. Peralatan canggih dan energi listrik besar untuk lampu LED menjadi tantangan utama.
Meski begitu, dengan perkembangan teknologi energi terbarukan, biaya operasional bisa ditekan. Selain itu, AI membuat sistem semakin efisien seiring waktu.
Pertanian vertikal adalah solusi nyata menghadapi keterbatasan lahan di kota modern. Ia tidak hanya menjawab krisis pangan, tetapi juga mengurangi jejak karbon distribusi makanan.
Di masa depan, mungkin kita bisa memanen sayuran segar langsung dari gedung apartemen sendiri.