Analisis Kebutuhan Fast Charging di Infrastruktur EV Asia Tenggara: Tantangan Jarak Jauh

Analisis Kebutuhan Fast Charging di Infrastruktur EV Asia Tenggara: Tantangan Jarak Jauh

Kuala Lumpur – Adopsi mobil listrik (EV) di Asia Tenggara menghadapi kendala utama yang unik di kawasan ini: ketersediaan dan kecepatan infrastruktur pengisian daya cepat (Fast Charging). Meskipun pengisian daya rumah (AC) sudah mencukupi untuk perjalanan harian di dalam kota, jaringan fast charging (DC) sangat krusial untuk perjalanan antar kota dan meyakinkan konsumen yang masih memiliki kekhawatiran tentang “jarak tempuh”.

Saat ini, sebagian besar stasiun pengisian daya DC yang tersedia di negara-negara seperti Thailand dan Malaysia memiliki kapasitas antara 50 kW hingga 100 kW. Meskipun sudah lumayan, ini jauh tertinggal dari standar baru 150 kW hingga 350 kW yang dibutuhkan oleh EV premium terbaru yang mampu mengisi daya dari 10% ke 80% dalam waktu 20-30 menit. Jaringan yang lambat ini menyebabkan waktu tunggu yang lebih lama di stasiun pengisian.

Pemerintah regional didorong untuk memberikan insentif pajak yang lebih besar bagi operator stasiun pengisian untuk menginstal unit Ultra-Fast Charging (di atas 200 kW). Selain itu, standar konektor pengisian (misalnya, CSS2 atau GB/T) harus distandarisasi dan roaming antar penyedia layanan perlu ditingkatkan untuk menciptakan pengalaman perjalanan jarak jauh yang mulus, meniru kemudahan pengisian bahan bakar konvensional. Infrastruktur fast charging yang andal adalah kunci untuk mempercepat transisi EV di ASEAN.